Catatan Mahasiswa #BackpackerKeLombok Part 2

Senin, 16 Februari 2015
     Setelah jalan-jalan pada hari sebelumnya, kami memutuskan untuk snorkling keesokan harinya. Alasannya 1, cuaca kurang bersahabat, kalau ditunda-tunda takutnya nggak jadi berangkat. Padahal jatah hari di Lombok sangat minim. Akhirnya diputuskan bahwa keesokan harinya harus berangkat, dengan ataupun tanpa teman.


HARI 3
     Akhirnya kita berangkat ber8 keesokan harinya, 4 orang lainnya ialah korban ajakan paksa semalam sebelumnya. 2 orang diantaranya ialah traveller yang baru datang dan tidak tau arah tujuan, @demi.m.siska dan @hamama91. Seorang pendatang yang kembali pulang #ehh (orang yang sudah 2x kerumah singgah) dan yang terakhir ialah guide kami @wawanbonbon. Kami pun berangkat ke Gili Kondo sekitar pukul 8.30 WITA. Bagi para backpacker lebih baik nyewa motor, agar murah dan fleksibel kalau kemana-mana. Harga sewa di Lombok seharinya ialah 60ribu untuk matic dan 50ribu untuk motor manual. Biaya penyebrangan ke Gili kondo sendiri ialah 75ribu per orang plus peralatan snorkling. 

Gili Kapal yang bikin orang susah move on heuheuehu

Nyemplung di hutan Mangroove :D

Harus pakai pelampung karena arusnya yang deras,
alasannya sih gitu, padahal aslinya perenang amatir :D

Jurus komitte katak nya Naruto

Tempat dimana kita nggak ingin pulang

Meskipun nggak ada apapun yang bisa dimakan, toh kami bahagia disini (maklum hari pertama) 

Kapan Kesini??? LOL

Catatan Mahasiswa #BackpackerKeLombok

Minggu, 15 Februari 2015
     Setelah sekian lama menjadi wacana, akhirnya perjalanan ini dimulai, backpackeran ke Lombok!! Seringkali ditanya, kenapa sih memilih Lombok? bukan pulau lainnya? jawabannya simpel, "kagak tahu!!" hehhee,,, Perjalanan ini berprioritas pada proses (ngakunya), sehingga dimanapun itu yang penting berangkat. Meskipun serba tidak jelas, akhirnya kami berangkat juga,, @jinchuur, @kholidiyah, @miftahulima dan @awwfotograph. Lombok, we're coming!! 
     
HARI 1 dan 2
     Labilisasi harga BBM membuat harga tiket kereta melonjak drastis, dari yang awalnya cuma 50 ribuan menjadi 110 ribuan, naiknya lebih dari 50% dab!! Aku dan tiga biji temanku berangkat dari stasiun Lempuyangan menunju stasiun Banyuwangi Baru pada 6 Februari 2015. Kami berangkat pukul 7.30 WIB menggunakan kereta api Sri Tanjung dan sampai pada pukul 20.00 WIB. Sempat beberapa kali di understimate gara-gara kami cewek, padahal kami mah feminim (cowok yang kecewek-cewekan getohh #ehh #TolongLupakan). Selanjutnya dari Stasiun BB kami berjalan kaki menuju pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk, Bali. Perjalanan kaki kira-kira ditempuh dalam 8 menit-an. Penyebranganpun hanya memakan waktu sekitar 1 jam an dengan biaya 8ribu rupiah per kepala. 
     Turun dari kapal, kami kembali berjalan kaki menuju terminal Gilimanuk yang hanya ditempuh sekitar 5 menit-an. Saat itu kami sampai di Gilimanuk sekitar pukul 10an malam karena sempat beberapa kali istarahat di setiap pemberhentian. Meskipun begitu, kami harus menunggu bus 'Bahagia' yang berangkat pukul 1.30 WITA. Jangan ragu untuk menawar harga, untuk tarif biasanya dipatok 70ribuan, padahal harga normal untuk saat ini ialah 50ribuan. Perjalanan dari pelabuhan Gilimanuk ke pelabuhan Padang Bai memakan waktu sekitar 5-6 jam an. Kami pun sampai sekitar pukul 7 WITA. 
     Perjalanan laut dari Padang Bai menuju pelabuhan lembar umumnya sih ditempuh selama 4jam dengan tarif penyebrangan sebesar 45ribu. Namun karena harus menunggu antrian bersandar, kami harus terombang ambing diatas laut selama 7,5 jam, bahhh!! padahal jarak antara pemberhentian kami ke pelabuhan dapat dilakukan dengan berenang, kalau berani sih :D kami pun mau tidak mau menunggu di kapal sambil nonton film komedi setengah bokep #ehh film Doyok dan Kadir yang entah film era kapan itu. Coba kalau kapal itu mirip movie box, bebas memilih film, hmm.
     Kami sampai di  pelabuhan lembar sekitar pukul 15.00 WITA, kami pun berjalan kaki menuju tempat nongkrong angkutan umum. Dari situ kami naik angkutan menuju kompleks Taman Baru Mataram dengan tarif 30ribu per orang. Kalau nggak salah mobilnya Avanza, lupa!! mungkin karena milik koperasi jadi tarifnya lumayan lah, sesuai dengan kenyamanan yang didapat. Kenapa menuju konpleks Taman Baru? karena disitulah Rumah Singgah bertengger. Rumah Bapak para backpacker, rumah Bapak Ikhsan (jadi kangen Bapak, hiks). Bagi para backpacker yang ingin singgah tidak akan dipungut biaya. Jreng,,, jreng!! kabar bahagia kan? so pasti!!   
     Begitu turun dari mobil kami langsung pasang senyum terindah yang kami miliki jiahahahha. Eh iya, jangan lupa mengucap salam ya,,, Kami pun langsung disambut Bapak dan Emak Rumah Singgah dengan hangat dan dipersilahkan untuk masuk dan istirahat. Malamnya kami dipanggil untuk makan malam sekaligus dibaptis #ehh hahhaa,,, tentu saja bukan baptis keagamaan, tetapi lebih pada pendoktrinan tujuan. Sekedar saran sih, kalau kerumah singgah jangan pernah menyebut 'Gili Trawangan' yah,, bisa jadi aib seumur hidup, kkk. Usut punya usut, reputasi Gili Tra****** sudah sama dengan Bekasi, ada di planet lain, hahha. Konon katanya sudah tidak seindah dulu dengan tarif yang sangat mahal. Bukan kantong backpacker bangeet pokok. Disitulah planning yang telah kami susun selama beberapa kali pertemuan langsung porak-poranda dalam beberapa menit. Kami pun disuguhi beberapa destinasi yang menggiurkan.  

HARI 3
     Hari ketiga perjalanan backpacker, akhirnya diputuskan untuk menyewa mobil dengan tarif 250an ribu + 150ribu untuk biaya bensin. Kami juga diantar langsung oleh Bapak Ikhsan untuk kelililing ke pantai Selatan. Kami pun mengunjungi 5 tempat selama seharian itu. Dimulai dari pantai Selong belanak, pantai Semeti, pantai Nuwun, Batu Payung dan yang terakhir ialah desa Sade suku Sasak. Kebijakan di desa itu ialah, setiap pengunjung harus menggunakan guide dengan imbalan seikhlasnya. Tujuannya sih, agar pengunjung mengetahui seluk-beluk desa serta wawasan tentang adat dan budayanya, juga memberdayakan SDM yang ada. Abang Guide (lupa namanya) pun bercerita tentang adat suku Sasak yang melakukan prosesi lamaran dengan cara menculik si mempelai perempuan. Kalau melamar secara langsung malah dianggap melecehkan #ehh anggapannya sih, sudah susah-susah membesarkan malah diminta gitu aja, getohhh. Dan sejak itulah "penculikan" menjadi tranding topic pembicaraan kami. Ditambah lagi si abang guide bilang kalau penculikan akan dilakukan dengan berbagai cara sampai berhasil, termasuk memasukkan si mempelai kedalam karung, nah looo,,, psikopat kan?? hhahaha. 

Lompat-lompat nggak jelas di Pntai Selong Belanak 

Lompatnya nggak kompak. Selain itu si @miftahulima keluar frame :D

Sosok si @miftahulima yang akhirnya tertangkap kamera, jiahahhaa 

Pantai Semeti, foto dan caption kagak nyambung, abaikan!!
taken by @miftahulima

Nggak dapet angel yang bagus di Pantai Semeti, karena disinilah lensa @miftahulima jatuh dan pecah, hiks.
Setelah melewati track yang lumayan, diantara semak-belukar,
akhirnya kami sampai di Pantai Semeti


Pantai Nuwun, lumayan banyak turis yang berjemur disini 

Nih pantai benar-benar biru #PantaiNuwun

Perjalanan ke Batu Payung melalui jalur belakang, karena lebih hemat dengan jalan kaki :D

Dan dimanapun kita berada, ambil foto itu wajib hukumnya

Bapak Ikhsan dengan hodie kuning ngejrengnya,,, serasa anak muda banget pokok :D semangat muda Bapak!!


Direla-relain berhenti di Pantai Kuta cuma buat foto di depan icon nya :D biarpun lensa pecah, yang penting narsis

Akhirnya sampai juga di desa Sade suku Sasak

Ini dia Abang guide yang perlu dicekal hahha
Berkeliling di Desa Sade yang sudah terkomersilkan

Bisa juga belajar tenun di Desa Sade, Gratis!!

Hari yang menyenangkan, terimakasih Bapak :)



Perjalanan hati ke Lombok

     "Perjalan panjang akan membuatmu mengerti berbagai hal, sedangkan proses memahami membutuhkan waktu yang lebih panjang dan rumit"

     Sejak awal aku menyebutnya perjalanan hati, sebuah proses pendewasaan diri. Jauh hari sebelum UAS semester ke-5, aku dan 2 orang sahabatku telah merencanakan ''bacpacke-ran ke Bali dan Lombok", perjalanan dengan budget yang minim. Hingga akhirnya salah seorang temanku yang lain ikut bergabung, jadilah kami berempat berangkat pada tanggal 6 Februari 2015. 
     Kami berempat berasal dari berbagai daerah yang berbeda, baik bahasa maupun budaya. Mulai dari provinsi Jakarta, Jawa Tengah, Jawa timur, hingga Sulawesi Selatam. Teringat salah satu bunyi iklan, "Perbedaan itu seperti air dan minyak yang tidak pernah bisa bersatu tapi bisa berdampingan. Ada kehangatan di setiap perbedaan, yang berbeda-beda tapi satu selera" :D Indonesia banget kan? ralat!! INDOMIE BANGET.
     Setelah beberapa kali melakukan rapat internal dan menyelesaikan UAS yang membuat kepala puyeng, akhirnya kami benar-benar berangkat. Berangkat dengan jiwa yang tertinggal di Jogja hahaha,,, nilai METOPEL Kualitatif yang bikin miris membuat kami bertiga harus ikut remidi sehingga mau nggak mau harus balik ke Jogja sebelum tanggal 16 Februari. Hal tersebut lah yang membuat nama si Dosen melejit di dunia maya, ibarat hastag, nama keramat tersebut telah menjadi tranding topic, kekeke. Bahkan, saat dalam perjalanan maupun saat eksplor beberapa tempat di Lombok, kami seringkali  menyebut nama keramat itu, seseorang yang tidak boleh disebutkan namanya.
     Tidak ada yang namanya sempurna, begitupun dengan rencana kami. Rencana yang sempat berantakan, hal-hal diluar ekpektasi, perbedaan pendapat, maupun kejadian yang tidak mengenakkan lainnya, bahkan aku sempat mengalami kecelakaan. Tapi itulah yang membuatku berbeda, keragaman masalah yang telah ku hadapi membuatku terus berproses,,, meskipun tak semua hal berhasil memberiku pencerahan, namun hal itulah yang membuatku terus berusaha melakukan evaluasi diri.
     Perjalanan ini bahkan membuatku mengerti orang-orang yang baru saja kutemui,, kehangatan keluarga baru rumah singgah, really unforgettable experience :) Perjalanan yang juga membuatku mencintai Indonesia lebih dari sebelumnya. Perjalanan yang telah mengubah mindset ku,,

Buat apa mempelajari budaya negeri orang kalau budaya negeri sendiri tidak tahu?
Buat apa belajar di negeri orang, kalau belajar dari negeri sendiri tidak mau?

Si Cipluk Jalan-jalan

     Berawal dari sebuah buku, "Bahasa Indonesia". Tak pernah kusangka rasa kagum itu telah membawaku ke berbagai tempat yang (dulu) sulit kujamah. Bermula dari hobi membaca yang telah memberiku wawasan tentang berbagai hal. Deskripsi tentang berbagai daerah di Nusantara kulahap habis, entah itu dalam bentuk berita maupun legenda. Indonesia yang kaya akan cerita dan kekayaan alam. Contohnya ialah, Borobudur yang notabene merupakan salah satu keajaiban dunia, legenda gunung Tangkuban Perahu, keindahan dataran tinggi Dieng, adat Bau Nyale, sejarah Indonesia. 
     Entah sejak kapan rasa kagumku itu mulai luntur, berganti dengan kekaguman pada negara-negara di luar sana. Belahan dunia yang lainnya, tempat yang jauh dari kota kelahiranku. Aku pun mulai sibuk mencari beasiswa ke luar negeri, aku bahkan tak melirik satu pun universitas yang ada di negaraku. Aku memang mencintai Indonesia, namun aku terlupa akan kekayaan negeriku dan memilih untuk berkunjung ke berbagai negara di luar sana. Hingga akhirnya lupa itulah yang membuatku mencoba mengingat-ingat kembali tentang keindahan negeriku, melalui eksplorasi Indonesia. Cerita di buku itulah yang mengantarku ke berbagai daerah di pelosok negeriku.  
     Yogyakarta kota pelajar. Saat aku duduk di kelas 6 SD, yang terbayang tentang kota itu ialah, Yogya tempat berkumpulnya orang-orang pintar :D :D aku pun memiliki mimpi "aku akan menjadi anak yang pintar agar dapat sekolah di Jogja". Tahun 2012 aku pun resmi menjadi salah satu mahasiswa prodi Psikologi di Universitas Islam Indonesia, yang konon merupakan universitas tertua di Indonesia yang didirikan oleh para pahlawan. Aku bahkan terdaftar sebagai penerima beasiswa mahasiswa unggulan pondok pesantren UII.

PESTA UII 2012


     Setelah resmi berstatus sebagai mahasiswa, aku pun aktif di berbagai organisasi dan mendapatkan banyak teman :) yang akhirnya mengantarkanku ke berbagai tempat di negeriku, tempat-tempat yang ada di buku itu. Satu-persatu aku mengunjungi tempat-tempat itu,,, yang pertama ialah dataran tinggi Dieng. Merupakan salah satu kota di provinsi Jawa tengah. Desa yang memiliki ketinggian 2.306mdpl, tempat dimana kau dapat melihat awan disekitarmu yang seakan-akan membuatmu merasa di kahyangan. Mungkin hal tersebutlah yang membuat Dieng seringkali disebut sebagai tanah Dewa. Selain itu, Dieng juga memiliki tanah yang subur, pemandangan yang mengagumkan dan juga keramahan penduduk lokal yang luar biasa :)

Pendakian Gunung Perahu 28 September 2014

Bukit Sikunir 31 Februari 2015

Telaga Warna

     Pada semester ke-4 lah aku mengunjungi candi Borobudur. Meskipun hanya ditempuh dalam waktu 30 menit an dari kampus, kesempatan itu seringkali berbenturan dengan berbagai hal, tugas, kegiatan, maupun isi kantong :D mahasiswa. Seringkali orang mengatakan bahwa jarak merupakan permasalahan kronis. Nyatanya hal tersebut bukanlah masalah ketika kau memiliki niat.

Borobudur 1 November 2014

     Terakhir ialah kunjungan ke Lombok, meskipun saat itu berbarengan dengan Bau Nyale. Tapi aku lebih memilih mengunjungi Gili Kondo yang konon katanya mengalahkan Gili Trawangan dari segi keindahan alamnya. Padahal aslinya nggak mau lihat cacing, jadi ngomonnya kaya gitu :D 


     Intinya, buku pelajaran itulah yang merekam semuanya dalam ingatanku, hingga akhirnya terealisasikan satu-persatu. Padahal hal tersebut tak pernah masuk list mimpiku, hal-hal yang seharusnya kucapai. Mungkin itu lah yang disebut kekuatan alam bawah sadar :D yang akhirnya menamparku, mengingatkanku akan akan negeriku, dan lebih mencintai Indonesia lebih dari sebelumnya. Hingga akhirnya aku memutuskan, explore Indonesia first than other