Setelah sekian lama menjadi wacana, akhirnya perjalanan ini dimulai, backpackeran ke Lombok!! Seringkali ditanya, kenapa sih memilih Lombok? bukan pulau lainnya? jawabannya simpel, "kagak tahu!!" hehhee,,, Perjalanan ini berprioritas pada proses (ngakunya), sehingga dimanapun itu yang penting berangkat. Meskipun serba tidak jelas, akhirnya kami berangkat juga,, @jinchuur, @kholidiyah, @miftahulima dan @awwfotograph. Lombok, we're coming!!
HARI 1 dan 2
Labilisasi harga BBM membuat harga tiket kereta melonjak drastis, dari yang awalnya cuma 50 ribuan menjadi 110 ribuan, naiknya lebih dari 50% dab!! Aku dan tiga biji temanku berangkat dari stasiun Lempuyangan menunju stasiun Banyuwangi Baru pada 6 Februari 2015. Kami berangkat pukul 7.30 WIB menggunakan kereta api Sri Tanjung dan sampai pada pukul 20.00 WIB. Sempat beberapa kali di understimate gara-gara kami cewek, padahal kami mah feminim (cowok yang kecewek-cewekan getohh #ehh #TolongLupakan). Selanjutnya dari Stasiun BB kami berjalan kaki menuju pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk, Bali. Perjalanan kaki kira-kira ditempuh dalam 8 menit-an. Penyebranganpun hanya memakan waktu sekitar 1 jam an dengan biaya 8ribu rupiah per kepala.
Turun dari kapal, kami kembali berjalan kaki menuju terminal Gilimanuk yang hanya ditempuh sekitar 5 menit-an. Saat itu kami sampai di Gilimanuk sekitar pukul 10an malam karena sempat beberapa kali istarahat di setiap pemberhentian. Meskipun begitu, kami harus menunggu bus 'Bahagia' yang berangkat pukul 1.30 WITA. Jangan ragu untuk menawar harga, untuk tarif biasanya dipatok 70ribuan, padahal harga normal untuk saat ini ialah 50ribuan. Perjalanan dari pelabuhan Gilimanuk ke pelabuhan Padang Bai memakan waktu sekitar 5-6 jam an. Kami pun sampai sekitar pukul 7 WITA.
Perjalanan laut dari Padang Bai menuju pelabuhan lembar umumnya sih ditempuh selama 4jam dengan tarif penyebrangan sebesar 45ribu. Namun karena harus menunggu antrian bersandar, kami harus terombang ambing diatas laut selama 7,5 jam, bahhh!! padahal jarak antara pemberhentian kami ke pelabuhan dapat dilakukan dengan berenang, kalau berani sih :D kami pun mau tidak mau menunggu di kapal sambil nonton film komedi setengah bokep #ehh film Doyok dan Kadir yang entah film era kapan itu. Coba kalau kapal itu mirip movie box, bebas memilih film, hmm.
Kami sampai di pelabuhan lembar sekitar pukul 15.00 WITA, kami pun berjalan kaki menuju tempat nongkrong angkutan umum. Dari situ kami naik angkutan menuju kompleks Taman Baru Mataram dengan tarif 30ribu per orang. Kalau nggak salah mobilnya Avanza, lupa!! mungkin karena milik koperasi jadi tarifnya lumayan lah, sesuai dengan kenyamanan yang didapat. Kenapa menuju konpleks Taman Baru? karena disitulah Rumah Singgah bertengger. Rumah Bapak para backpacker, rumah Bapak Ikhsan (jadi kangen Bapak, hiks). Bagi para backpacker yang ingin singgah tidak akan dipungut biaya. Jreng,,, jreng!! kabar bahagia kan? so pasti!!
Begitu turun dari mobil kami langsung pasang senyum terindah yang kami miliki jiahahahha. Eh iya, jangan lupa mengucap salam ya,,, Kami pun langsung disambut Bapak dan Emak Rumah Singgah dengan hangat dan dipersilahkan untuk masuk dan istirahat. Malamnya kami dipanggil untuk makan malam sekaligus dibaptis #ehh hahhaa,,, tentu saja bukan baptis keagamaan, tetapi lebih pada pendoktrinan tujuan. Sekedar saran sih, kalau kerumah singgah jangan pernah menyebut 'Gili Trawangan' yah,, bisa jadi aib seumur hidup, kkk. Usut punya usut, reputasi Gili Tra****** sudah sama dengan Bekasi, ada di planet lain, hahha. Konon katanya sudah tidak seindah dulu dengan tarif yang sangat mahal. Bukan kantong backpacker bangeet pokok. Disitulah planning yang telah kami susun selama beberapa kali pertemuan langsung porak-poranda dalam beberapa menit. Kami pun disuguhi beberapa destinasi yang menggiurkan.
HARI 3
Hari ketiga perjalanan backpacker, akhirnya diputuskan untuk menyewa mobil dengan tarif 250an ribu + 150ribu untuk biaya bensin. Kami juga diantar langsung oleh Bapak Ikhsan untuk kelililing ke pantai Selatan. Kami pun mengunjungi 5 tempat selama seharian itu. Dimulai dari pantai Selong belanak, pantai Semeti, pantai Nuwun, Batu Payung dan yang terakhir ialah desa Sade suku Sasak. Kebijakan di desa itu ialah, setiap pengunjung harus menggunakan guide dengan imbalan seikhlasnya. Tujuannya sih, agar pengunjung mengetahui seluk-beluk desa serta wawasan tentang adat dan budayanya, juga memberdayakan SDM yang ada. Abang Guide (lupa namanya) pun bercerita tentang adat suku Sasak yang melakukan prosesi lamaran dengan cara menculik si mempelai perempuan. Kalau melamar secara langsung malah dianggap melecehkan #ehh anggapannya sih, sudah susah-susah membesarkan malah diminta gitu aja, getohhh. Dan sejak itulah "penculikan" menjadi tranding topic pembicaraan kami. Ditambah lagi si abang guide bilang kalau penculikan akan dilakukan dengan berbagai cara sampai berhasil, termasuk memasukkan si mempelai kedalam karung, nah looo,,, psikopat kan?? hhahaha.
 |
| Lompat-lompat nggak jelas di Pntai Selong Belanak |
 |
| Lompatnya nggak kompak. Selain itu si @miftahulima keluar frame :D |
 |
| Sosok si @miftahulima yang akhirnya tertangkap kamera, jiahahhaa |
 |
Pantai Semeti, foto dan caption kagak nyambung, abaikan!! taken by @miftahulima |
 |
| Nggak dapet angel yang bagus di Pantai Semeti, karena disinilah lensa @miftahulima jatuh dan pecah, hiks. |
 |
Setelah melewati track yang lumayan, diantara semak-belukar, akhirnya kami sampai di Pantai Semeti |
 |
| Pantai Nuwun, lumayan banyak turis yang berjemur disini |
 |
| Nih pantai benar-benar biru #PantaiNuwun |
 |
| Perjalanan ke Batu Payung melalui jalur belakang, karena lebih hemat dengan jalan kaki :D |
 |
| Dan dimanapun kita berada, ambil foto itu wajib hukumnya |
 |
| Bapak Ikhsan dengan hodie kuning ngejrengnya,,, serasa anak muda banget pokok :D semangat muda Bapak!! |
 |
| Direla-relain berhenti di Pantai Kuta cuma buat foto di depan icon nya :D biarpun lensa pecah, yang penting narsis |
 |
| Akhirnya sampai juga di desa Sade suku Sasak |
 |
| Ini dia Abang guide yang perlu dicekal hahha |
 |
| Berkeliling di Desa Sade yang sudah terkomersilkan |
 |
| Bisa juga belajar tenun di Desa Sade, Gratis!! |
 |
| Hari yang menyenangkan, terimakasih Bapak :) |
0 komentar:
Posting Komentar